Operasi Parkinson menjadi alternatif akhir dalam penanganan gangguan neurologis Parkinson yang memengaruhi pergerakan tubuh. Penurunan kadar dopamin di otak menjadi pemicu utama gangguan ini, mengakibatkan gangguan pergerakan berupa kekakuan dan lambatnya gerakan. Meskipun terdapat beragam obat dan terapi yang dapat membantu meredakan gejala Parkinson, dalam situasi tertentu, tindakan operasi Parkinson menjadi opsi terakhir dalam upaya mengatasi gangguan ini.

Dalam artikel ini, kami akan membahas prosedur, risiko, dan pengobatan operasi Parkinson.
Prosedur Operasi Parkinson
Operasi umumnya dilakukan pada pasien dengan gejala yang berat atau gejala yang tidak merespons terhadap pengobatan lainnya. Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, termasuk:
Brain and Spine Center – RSU Bunda Jakarta
1. Prosedur Operasi Deep Brain Stimulation (DBS)
Deep Brain Stimulation (DBS) adalah prosedur operasi yang paling umum dilakukan. DBS melibatkan penanaman elektroda di dalam otak untuk mengirimkan sinyal listrik ke daerah otak yang terkait dengan gerakan tubuh. Elektroda dihubungkan ke sebuah perangkat yang ditanam di bawah kulit di dada. Perangkat ini berfungsi sebagai pengirim sinyal listrik dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasien.
Prosedur Deep Brain Stimulation (DBS) adalah salah satu metode terapi yang paling umum digunakan dalam pengobatan gangguan gerakan, seperti penyakit Parkinson dan gangguan tremor esensial. Tujuan utama dari DBS adalah untuk mengurangi gejala-gejala yang tidak diinginkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Proses DBS dimulai dengan pemasangan elektroda yang tipis dan fleksibel ke dalam otak melalui sebuah prosedur bedah. Elektroda ini ditempatkan di daerah otak yang terkait dengan gerakan tubuh, seperti nukleus subtalamikus atau globus pallidus. Setelah elektroda ditempatkan dengan tepat, pasien akan menjalani prosedur lain untuk memasang perangkat pemancar yang terhubung dengan elektroda.
Perangkat pemancar ini biasanya ditanam di bawah kulit di dada pasien. Perangkat ini berfungsi sebagai pengirim sinyal listrik yang dikendalikan oleh pasien atau dokter. Sinyal listrik ini akan merangsang daerah otak yang terkait dengan gerakan tubuh, mengurangi gejala-gejala yang tidak diinginkan, seperti tremor, kaku otot, dan gangguan keseimbangan.
Keunggulan Operasi DBS
Salah satu keunggulan dari DBS adalah kemampuannya untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan respons individu pasien. Pasien dapat mengatur frekuensi, intensitas, dan durasi sinyal listrik yang dikirim oleh perangkat. Hal ini memungkinkan dokter untuk mengoptimalkan terapi untuk setiap pasien secara individual dan mengurangi efek samping yang mungkin terjadi.
Meskipun DBS dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi banyak pasien, prosedur ini tetap memiliki risiko dan efek samping. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi termasuk infeksi, perdarahan, dan penurunan kognitif. Namun, risiko-risiko ini biasanya dikelola dengan hati-hati oleh tim medis yang terlatih.
Dalam beberapa tahun terakhir, DBS telah mengalami perkembangan pesat dalam pengobatan berbagai gangguan neurologis. Banyak penelitian yang terus dilakukan untuk mempelajari potensi DBS dalam pengobatan penyakit-penyakit lain, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan neuropsikiatrik lainnya.
Secara keseluruhan, DBS merupakan metode terapi yang efektif dan inovatif dalam pengobatan gangguan gerakan dan gangguan neurologis lainnya. Dengan kemampuannya untuk disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien, DBS memberikan harapan bagi banyak orang yang menderita penyakit-penyakit yang sulit diobati.
2. Prosedur Operasi Ablasi Thalamotomy
Ablasi thalamotomy melibatkan penghancuran sebagian kecil daerah otak yang bertanggung jawab untuk menghasilkan tremor. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien dengan tremor yang tidak merespons terhadap obat-obatan.
Ablasi thalamotomy adalah prosedur bedah yang melibatkan penghancuran sebagian kecil daerah otak yang bertanggung jawab untuk menghasilkan tremor. Tremor adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan getaran atau gerakan yang tidak terkendali pada bagian tubuh tertentu.
Prosedur ablasi thalamotomy ini biasanya dilakukan pada pasien yang memiliki tremor yang tidak merespons terhadap pengobatan obat-obatan. Meskipun obat-obatan biasanya menjadi pilihan pertama dalam pengobatan tremor, namun pada beberapa kasus tremor dapat menjadi sangat parah sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dalam prosedur ablasi thalamotomy, dokter akan menggunakan teknik bedah untuk menghancurkan atau merusak sebagian kecil dari thalamus, yang merupakan bagian otak yang terlibat dalam mengatur gerakan. Penghancuran daerah ini diharapkan dapat menghentikan atau mengurangi intensitas tremor yang dialami oleh pasien.
Prosedur ini biasanya dilakukan dengan menggunakan teknik stereotaktik, yang melibatkan penggunaan koordinat tiga dimensi untuk memastikan akurasi dan tepatnya lokasi yang akan dihancurkan. Dokter akan menggunakan pencitraan seperti MRI atau CT scan untuk membantu memandu prosedur ini.
Risiko dan Efek Samping Ablasi Thalamotomy
Meskipun ablasi thalamotomy dapat membantu mengurangi gejala tremor pada pasien, prosedur ini juga memiliki risiko dan efek samping yang perlu dipertimbangkan. Beberapa risiko yang mungkin terjadi termasuk infeksi, perdarahan, atau kerusakan pada jaringan otak yang sehat. Efek samping yang mungkin timbul setelah prosedur ini adalah kelemahan otot atau gangguan sensorik.
Sebelum menjalani ablasi thalamotomy, pasien akan menjalani serangkaian pemeriksaan dan evaluasi untuk memastikan bahwa prosedur ini merupakan pilihan terbaik bagi mereka. Diskusi mendalam dengan dokter dan tim medis akan membantu pasien memahami manfaat, risiko, dan alternatif lainnya sebelum memutuskan untuk menjalani prosedur ablasi thalamotomy.
Ablasi thalamotomy adalah prosedur bedah yang melibatkan penghancuran sebagian kecil daerah otak yang bertanggung jawab untuk menghasilkan tremor. Meskipun prosedur ini dapat membantu mengurangi gejala tremor pada pasien, penting untuk mempertimbangkan risiko dan efek samping yang mungkin terjadi. Diskusi dengan dokter adalah langkah penting dalam menentukan apakah prosedur ini adalah pilihan terbaik untuk mengatasi tremor yang tidak responsif terhadap obat-obatan.
3. Prosedur Operasi Ablasi Pallidotomy
Ablasi pallidotomy melibatkan penghancuran sebagian kecil daerah otak yang terkait dengan gerakan tubuh. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien dengan tremor, kaku, atau lambat yang tidak merespons terhadap obat-obatan.
Ablasi pallidotomy adalah prosedur bedah yang melibatkan penghancuran sebagian kecil daerah otak yang terkait dengan gerakan tubuh. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien yang menderita tremor, kekakuan, atau gerakan lambat yang tidak merespons terhadap pengobatan dengan obat-obatan.
Tujuan utama dari ablasi pallidotomy adalah untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala yang mengganggu fungsi motorik pasien. Dalam prosedur ini, dokter bedah menggunakan teknik stereotaktik untuk mengarahkan alat bedah ke daerah tertentu di dalam otak yang dikenal sebagai pallidum. Pallidum adalah bagian otak yang terlibat dalam mengatur gerakan tubuh.
Setelah mencapai target yang diinginkan, dokter bedah menggunakan alat bedah yang sesuai untuk menghancurkan atau mengganggu aktivitas sel-sel saraf di pallidum. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan panas (termolesis), gelombang radio frekuensi, atau dengan memberikan lesi listrik pada area yang ditargetkan. Metode yang digunakan tergantung pada preferensi dan keahlian dokter bedah.
Setelah Operasi Ablasi Pallidotomy
Setelah ablasi pallidotomy, pasien biasanya akan mengalami perbaikan dalam gejala-gejala motorik mereka. Tremor, kekakuan, dan gerakan lambat dapat berkurang secara signifikan, dan pasien mungkin juga mengalami peningkatan dalam kualitas hidup mereka. Namun, seperti semua prosedur bedah, ablasi pallidotomy juga memiliki risiko dan komplikasi potensial, termasuk perdarahan, infeksi, dan kerusakan pada struktur otak yang terkait.
Selain itu, ablasi pallidotomy juga tidak selalu memberikan hasil yang konsisten dan dapat mempengaruhi kontrol motorik pasien secara permanen. Oleh karena itu, keputusan untuk menjalani ablasi pallidotomy harus dibuat setelah pertimbangan yang matang dan diskusi mendalam antara pasien dan tim medis yang terlibat.
Table: Perbandingan Tiga Jenis Operasi Parkinson
Jenis Operasi | Prosedur | Efek Samping |
---|---|---|
Deep Brain Stimulation | Penanaman elektroda di otak untuk mengirimkan sinyal listrik. | Perdarahan di otak, infeksi, masalah pergerakan, dan lainnya |
Ablasi Thalamotomy | Penghancuran sebagian kecil daerah otak yang menghasilkan tremor | Kehilangan kemampuan bicara, infeksi, dan lainnya |
Ablasi Pallidotomy | Penghancuran sebagian kecil daerah otak terkait dengan gerakan. | Masalah pernapasan, masalah pergerakan, dan lainnya |
Risiko Operasi Parkinson
Seperti operasi lainnya, operasi Parkinson memiliki risiko yang harus diperhatikan. Beberapa risiko yang mungkin terjadi setelah operasi meliputi:
- Komplikasi infeksi di daerah operasi: Setelah operasi, terdapat risiko terjadinya infeksi di daerah operasi. Infeksi dapat mempengaruhi hasil operasi dan membutuhkan perawatan tambahan.
- Pendarahan di otak: Selama operasi, terdapat risiko terjadinya pendarahan di otak. Pendarahan ini dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak dan mempengaruhi fungsi tubuh.
- Masalah pernapasan: Beberapa pasien mungkin mengalami masalah pernapasan setelah operasi. Hal ini bisa disebabkan oleh efek anestesi atau komplikasi lainnya.
- Masalah pergerakan: Operasi Parkinson dapat mempengaruhi kemampuan pergerakan pasien. Beberapa pasien mungkin mengalami kekakuan otot atau kesulitan dalam mengendalikan gerakan tubuh.
- Perubahan dalam kemampuan berpikir atau berbicara: Beberapa pasien mungkin mengalami perubahan dalam kemampuan berpikir atau berbicara setelah operasi. Hal ini bisa disebabkan oleh efek samping dari operasi atau perubahan dalam fungsi otak.
Meskipun risiko-risiko tersebut cukup serius, kebanyakan pasien yang menjalani operasi Parkinson merasa lebih baik setelah operasi dan mengalami peningkatan dalam gejala Parkinson mereka. Operasi ini dapat membantu mengurangi gejala Parkinson, seperti tremor, kekakuan otot, dan kesulitan dalam bergerak. Namun, penting bagi pasien dan keluarga untuk menyadari risiko-risiko yang terkait dengan operasi ini dan berkonsultasi dengan dokter sebelum mengambil keputusan untuk menjalani operasi Parkinson.
Pengobatan Setelah Operasi Parkinson
Setelah menjalani operasi, pasien akan membutuhkan waktu untuk pulih dan mengikuti program rehabilitasi. Rehabilitasi dapat mencakup terapi fisik, terapi okupasi, atau terapi bicara, tergantung pada gejala Parkinson yang dialami oleh pasien. Obat-obatan dan terapi lainnya juga dapat membantu pasien mengatasi gejala Parkinson setelah operasi. Beberapa jenis obat yang mungkin diresepkan oleh dokter setelah operasi meliputi:
- Levodopa: obat ini dapat membantu meningkatkan kadar dopamin di otak dan mengurangi gejala Parkinson, seperti tremor, kaku, dan lambat.
- Antikolinergik: obat ini dapat membantu mengurangi tremor dan kaku.
- Inhibitor MAO-B: obat ini dapat membantu mencegah penghancuran dopamin di otak.
Terapi lainnya yang dapat membantu pasien setelah operasi meliputi:
- Terapi fisik: terapi fisik dapat membantu meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan koordinasi gerakan tubuh.
- Terapi okupasi: terapi okupasi dapat membantu pasien mengatasi kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti memasak, membersihkan rumah, dan mandi.
- Terapi bicara: terapi bicara dapat membantu pasien mengatasi kesulitan dalam berbicara atau menelan.
Table: Jenis-Jenis Operasi Parkinson Lainnya
Jika pasien dengan Parkinson tidak merespons dengan pengobatan medis atau jika gejala Parkinson parah, dokter dapat merekomendasikan operasi. Sebelum memutuskan untuk melakukan operasi, pasien harus mempertimbangkan manfaat dan risiko dari operasi tersebut. Selain Deep Brain Stimulation, Ablasi Thalamotomy, dan Ablasi Pallidotomy yang sudah dibahas sebelumnya, terdapat beberapa jenis operasi lainnya yang dapat dilakukan. Berikut adalah beberapa jenis operasi lainnya berserta prosedur dan efek sampingnya:
Jenis Operasi | Prosedur | Efek Samping |
---|---|---|
Ablasi Subthalamotomy | Penghancuran sebagian kecil daerah otak terkait dengan gerakan. | Masalah penglihatan, masalah bicara, dan lainnya |
Infus Duodopa | Penanaman pompa kecil dan tabung di perut untuk menyuntikkan obat ke otak melalui selang khusus. | Infeksi, masalah pergerakan, dan lainnya |
Implan Carbidopa-Levodopa | Penanaman alat kecil di bawah kulit yang mengeluarkan obat ke dalam aliran darah. | Perdarahan, infeksi, masalah pergerakan, dan lainnya |
Ablasi Substantia Nigra | Penghancuran sebagian kecil daerah otak yang menghasilkan dopamin. | Masalah bicara, masalah penglihatan, dan lainnya |
FAQ: Operasi Parkinson
Apa saja persiapan yang harus dilakukan sebelum menjalani operasi Parkinson?
Pasien harus melakukan konsultasi dengan dokter ahli syaraf dan menjalani pemeriksaan untuk mengevaluasi kesehatan umum dan kesehatan otak. Pasien juga harus memberi tahu dokter tentang obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan menaati instruksi dari dokter tentang bagaimana cara mempersiapkan diri menjelang operasi.
Apakah operasi berisiko tinggi?
Seperti halnya pada prosedur bedah lainnya, operasi Parkinson juga memiliki risiko, meskipun risiko tersebut dapat diminimalkan dengan memilih dokter ahli dan menjalani persiapan sebelum operasi dengan baik. Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah operasi meliputi perdarahan, infeksi, masalah pergerakan, dan lainnya.
Apakah operasi Parkinson dapat menyembuhkan penyakit ini secara keseluruhan?
Operasi ini tidak dapat menyembuhkan penyakit Parkinson secara keseluruhan. Namun, operasi dapat membantu mengontrol gejala dan memperbaiki kualitas hidup pasien yang menderita Parkinson. Oleh karena itu, operasi biasanya disarankan hanya jika pengobatan medis tidak berhasil mengontrol gejala.
Apakah operasi ini bisa menghilangkan tremor dan gejala lainnya?
Ya, operasi dapat membantu mengontrol tremor dan gejala Parkinson lainnya. Namun, hasil yang didapatkan setelah operasi dapat bervariasi tergantung pada kondisi pasien dan jenis operasi yang dilakukan. Beberapa pasien mungkin merasakan perbaikan gejala yang signifikan, sementara yang lain hanya merasakan perbaikan sedikit atau bahkan tidak merasakan perbaikan sama sekali.
Berapa lama waktu pemulihan setelah operasi ?
Waktu pemulihan setelah operasi dapat bervariasi tergantung pada jenis operasi yang dilakukan. Pada umumnya, pasien dapat kembali ke aktivitas normal dalam beberapa minggu setelah operasi. Namun, dokter akan memberikan instruksi khusus tentang waktu pemulihan dan aktivitas yang harus dihindari selama masa pemulihan.
Kesimpulan
Operasi Parkinson dapat menjadi pilihan terakhir untuk mengobati gejala Parkinson yang parah atau gejala yang tidak merespons terhadap pengobatan lainnya. Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, seperti Deep Brain Stimulation, Ablasi Thalamotomy, dan Ablasi Pallidotomy. Meskipun operasi memiliki risiko yang harus diperhatikan, kebanyakan pasien merasa lebih baik setelah operasi dan mengalami peningkatan dalam gejala Parkinson mereka. Setelah operasi, pasien harus mengikuti program rehabilitasi dan mengikuti pengobatan lainnya yang direkomendasikan oleh dokter.